Saturday, December 24, 2016

STRESS ADALAH AKAR DARI SEGALA PENYAKIT

Banyak penyakit akibat gaya hidup dikenal sebagai gangguan metabolisme. Untuk lebih mudahnya dapat dikatakan bahwa penyakit timbul karena peredaran darah mengalami hambatan. Dalam kasus ini, hormon kebahagiaan dapat membantu kelancaran sirkulasi darah. Gangguan sirkulasi darah dan kerusakan pembuluh darah pada dasranya diakibatkan oleh dua hal :

1.    STRESS. Saat kita merasa tertekan, noradrenalin  dilepaskan, pembuluh darah menyempit, dan sirkulasi darah pun menjadi terhambat. Selain perubahan mekanisme negatif ini, terjadi pula pembentukan oksigen aktif dalam jumlah signifikan. Akibatnya, gen rusak dan zat-zat pemicu penuaan misalnya lipid peroksida pun muncul. Oleh karena itu, bertambah pula resiko terkena penyakit akibat gaya hidup.

2.    KOLESTEROL atau penyempitan pembuluh oleh lemak netral (Trigliserida). Pada banyak kasus, penyempitan pembuluh darah mekanis seperti ini disebabkan oleh stress.

Dengan demikian, dapat disimpulkan hampir seluruh penyakit gaya hidup timbul karena adanya stress. Stress hebat menyebabkan semburan hormon noradrenalin. Ini bermanfaat selama masih dalam jumlah cukup. Jika melampaui dampak buruknya akan meningkat.

Jika oksigen tidak mencukupi, antara lain trombosit, salah satu komponen darah akan rusak. Selanjutnya terjadi penggumpalan darah yang mengakibatkan pembekuan darah, dan memperburuk penyumbatan pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah pada otak juga tidak boleh terjadi. Penyebab utama keadaan yang tidak diinginkan ini adalah noradrenalin. Sekresi hormon ini dipengaruhi oleh sikap diri dan kondisi perasaan. Oleh sebab itu kita harus mengetahui betapa pentingna pikiran positif untuk kesehatan.

Tak ada yang dapat kita lakukan selain memanfaatkan fungsi otak secara tepat. Apapun yang terjadi dalam hidup kita terekam di otak sebagai hal yang pernah dialami. Jika pengalaman yang sama terulang kembali, memori serupa pada masa lalu akan dipanggil, lalu kita pun akan memberikan reaksi yang sama.

Sebagai contoh ada seseorang yang memelihara dan menyayangi seekor anjing, berjalan-jalan dan melihat anjing. Pasti ingin sekali mendekati dan menyapa anjing tersebut dengan ramah. Disini, hormon kebahgiaan yang positif mendominasi. Jika seseorang dulu pernah digigit anjing, pasti tentu bereaksi dengan hati-hati, dan sistem saraf simpatis membuatnya dalam kedaan tegang. Hipofisis (kelenjar pituitari) mengeluarkan hormon stress, yang pada giliranya mempengaruhi sistem kekebalan. Selanjutnya denyut nadi akan meningkat dan pupil melebar. Untuk bisa bernafas lebih baik, trakhea juga melebar. Darah mengalir deras ke otot, dan dalam rangka mempersiapkan reaksi "lari atau lawan", hormon noradrenalin dilepaskan dalam jumalah besar ke dalam tubuh.

Terhadap satu stimulus eksternal yang sama, misalnya melihat seekor anjing, akan dihasilkan hormon-hormon yang sama sekali berbeda-beda, bergantung pada kenangan dan pengalaman yang dimiliki seseorang terhadap anjing di masa lalunya. Reaksi-reaksi tersebut bisa jadi sangat berlawanan satu sama lain. Namun, dalm hal ini pun kita seharusnya tidak begitu saja membiarkan kenangan. Reaksi negatif akan hilang jika otak ita secara sadar selalu menanamkan bahwa semua anjing baik dan tidak akan menggigit.

Oleh sebab itu yang lebih penting adalah cara kita bereaksi terhadap siuasi tertentu, ketimbang kenyataan keadaan sebenarnya. Di dunia otak, fenomena dan stimulus eksternal tidaklah terlalu penting. Jika secara sadar menerima fenomena luar yang tak menyenangkan dengan sikap positif, kita dapat memprogram ulang reaksi kita agar jiwa dan raga menjadi tenteram.


Sumber :

Lia dikutip dari : (Dr. Shigeo Haruyama, 2013 : 36-42)


Photo by:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_fV3HdKHv4tEeizjz2M5FWin9-aH-3AAuy3spI4M_5WfrWvaj2LzKg8nlozsPP-h5Ub5rf5eBngwq1XS6y-4XAnmBN86_lOnjbVFtPr7ZbudmGINCSq9dqFBIhZwJcNEnPQka3-ABeDE/s1600/stress.jpg

No comments:

Post a Comment